Yangartinya: Pandai mengukur malam dan menalar gelap. Dimaknai bahwa Orang Toraja mengetahu seluk beluk pembicaraan, tidak asal bicara, harus teliti, punya integritas dan jujur. Manarang ussuka' allo na bongi. Yang artinya: pandai mengukur lamanya siang dan malam. Dimaknai bahwa orang Toraja itu harus arif dan bijak, serta penuh pertimbangan.
darieratnya hubungan antara nama dan objek acuannya dan antara nama dan orang yang memilikinya (Widodo, 2010; Widodo, 2013). Masyarakat Anglo-Saxson, misalnya, selalu Toraja, (2) lahir dan atau tinggal di wila-yah Toraja. Penentuan data yang dijadikan sampel dilakukan secara purposif atau sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Adajuga versi lain bahwa kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana Toraja. Sejarah Aluk. Konon manusia yang turun ke bumi, telah
cash. Ilustrasi dari Suku Toraja. Sumber Dispudpar Provinsi Sulawesi SelatanSuku Toraja merupakan salah satu suku asli Sulawesi Selatan. Dilansir melalui laman resmi milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Suku Toraja tinggal di pegunungan bagian utara dengan populasi sekitar 1 juta jiwa. Adapun setengah dari jumlahnya tersebar di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Toraja secara mayoritas beragama Kristen, sebagian kecil beragama Islam, dan sisanya masih menganut kepercayaan animisme yang disebut dengan Aluk To mengenal lebih jauh mengenai Suku Toraja, yuk simak informasi yang telah dirangkum melalui buku Mengenal Lebih Dekat Tana Toraja 2017 oleh Abd. Rahman Rahim berikut ini!Asal Usul Suku TorajaAsal usul Suku Toraja berasal dari Teluk Tonkin yang terletak di antara Vietnam Utara dan Cina Selatan. Awalnya, imigran asal Teluk Tonkin ini tinggal di wilayah pantai yang ada di Sulawesi, namun mereka pindah ke dataran tinggi yang sampai saat ini masih didiami oleh Suku juga bahwa masyarakat yang mendiami Tana Toraja ini adalah hasil percampuran dari penduduk lokal yang memang tinggal di dataran tinggi Sulawesi Selatan dengan para imigran dari Teluk Tongkin-Yunnan, Cina Selatan. Mereka berlabuh di sekitar hulu sungai, yakni daerah Enrekang, kemudian membangun Tana Toraja sebagai wilayah yang ditinggali Suku Toraja. Sumber Dispudpar Provinsi Sulawesi SelatanAsal usul dari Suku Toraja ini juga memiliki mitos tersendiri yang sangat melegenda. Konon, leluhur dari Suku Toraja merupakan manusia yang berasal dari nirwana. Masyarakat Toraja percaya bahwa nenek moyang mereka turun dari langit dengan tangga yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan Puang Matua Tuhan.Kata Toraja sendiri memiliki asal usul. Orang Bugis menyebut Toraja sebagai to riaja yang berarti orang yang berdiam di negeri atas. Orang Luwu menyebutnya sebagai to riajang yang berarti orang yang berdiam di sebelah barat. Sementara pendapat lain menyebutkan bahwa toraja berasal dari dua kata yakni to yang artinya orang dan maraya yang artinya besar/ Suku TorajaSaat Belanda menapakkan kakinya di Sulawesi pada abad ke-17, mereka awalnya tidak tertarik ke dataran tinggi Sulawesi Selatan. Alasannya, akses yang sulit dicapai dan hanya memiliki sedikit lahan tetapi,karena resah akan pesatnya persebaran Islam di daerah tersebut, akhirnya Belanda melihat Suku Toraja sebagai target potensial untuk menyebarkan agama Kristen. Sebab, saat itu mereka masih menganut garis lalu digambarkan sebagai wilayah Sa’adan yang kemudian disebut dengan Tana Toraja. Pada 1957 Toraja berhasil menjadi sebuah tahun 1990-an Suku Toraja terus mengalami transformasi budaya dari menganut kepercayaan animisme dan hidup bergantung pada sektor agraris, hinggamenjadi masyarakat yang secara mayoritas beragama Kristen. Kini masyarakat Tana Toraja terkenal mengandalkan sektor Suku TorajaSeperti yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa masyarakat Suku Toraja masih menganut kepercayaan Aluk To Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja 2017 oleh Weni Rahayu menyebutkan bahwa Aluk Todolo merupakan agama/aturan dari leluhur yang diturunkan dari generasi ke generasi oleh Sang Pencipta yakni Puang kepercayaan ini manusia diwajibkan menyembah, memuja, dan memuliakan Puang Matua dengan melakukan ritual, antara lain sajian, persembahan, dan salah satu budaya Suku Toraja yaitu rambu solo. Sumber Portal Informasi IndonesiaBiasanya suku Toraja memberikan babi ataupun ayam sebagai persembahan kepada para Dewata atau Dewa sebagai pemelihara utusan Puang Matua. Upacara-upacara adat lain yang sering dilakukan oleh Suku Toraja ialah rambu solo yang merupakan upacara adat pemakaman dan rambu tuka yang merupakan upacara untuk merenovasi rumah itu dia informasi mengenai Suku Toraja mulai dari asal-usul, sejarah, dan budayanya. Menarik ya?
- Suku Toraja adalah suku yang berasal dari Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Suku ini metepa di pengunungan bagian utara Sulawesi Selatan. Dilansir dari Kebudayaan Masyarakat Toraja karya Fajar Nuugroho, suku ini memiliki hubungan yang imbang dengan alam. Suku Toraja memperlakukan alam dengan baik."Melestarikan dan menjaga alam merupakan bentuk penghormatan terhadap arwah leluhur," tulis Nugroho. Sejarah suku Toraja Shutterstock/Putu Artana Orang Toraja DOK. Shutterstock/Putu Artana Menurut Nugroho, nama Toraja merupakan julukan yang digunakan oleh Suku Bugis Sindendereng dan Luwu untuk menyebut penduduk di sekitar Bugis Sindendereng menyebut kelompok masyarakat ini dengan nama To Riaja, artinya orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan. Orang Luwu menyebutnya To Riajang, berarti orang yang berdiam di sebelah barat. Baca juga Panduan Menuju Tongkonan Lempe, Negeri Atas Awan di Toraja Utara Harga Paket Menginap di Tongkonan Lempe, Negeri Atas Awan Toraja Utara 5 Aktivitas Wisata di Tongkonan Lempe, Negeri Atas Awan Toraja Utara Sementara itu, dari hasil penelitian antropologi, masyarakat Toraja merupakan hasil akulturasi antara penduduk pribumi dengan pendatang dari Teluk Tonkin di China. Suku Toraja kini diketahui menghuni hampir seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja.
- Berbagai kelompok etnis mewarnai keragaman yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Suku Toraja. Suku Toraja adalah penduduk asli yang berasal dari Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan yang menetap di sekitar pegunungan bagian utara. Baca juga Kearifan Tanah Toraja dalam Kopi Mangiru’ Dolo Masyarakat Suku Toraja masih banyak tersebar di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. Baca juga Manene Suku Toraja, Ritual Bersihkan Jenazah untuk Hormati Leluhur, Tetap Digelar Walau di Perantauan Asal Usul Suku Toraja Dalam buku Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja 2017 oleh Weni Rahayu, dijelaskan bahwa ada beberapa versi dari asal-usul nama Toraja. Baca juga Ritual Rawat Mayat Suku Toraja di Perbatasan RI-Malaysia Beri Pesan Damai Jelang Paskah Orang Bugis-Sidenreng menyebutnya orang Toraja dengan nama to riajang’ yang artinya orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan’. Sementara orang Luwu pada zaman Belanda menyebut orang Toraja dengan to riaja’ yang berarti orang yang berdiam di sebelah barat’. Ada pula versi lain yang menyebut bahwa orang Toraja berasal dari toraya’, yang bermakna orang besar atau bangsawan. Shutterstock/JOSE MIGUEL NAVARRETE Rumah Tongkonan, rumah adat Suku Toraja. Dari mitos yang beredar di masyarakat, Toraja adalah sebuah negeri otonom bernama Tondok Lepongan Bulan’ atau Tana Matarik Allo’. Para bangsawan menyebutkan Toraja berasal dari kata tau raja yang berarti orang raja atau keturunan raja. Dalam mitos tersebut, para bangsawan Toraja tana’ bulaan beranggapan bahwa mereka nenek moyang mereka adalah keturunan Puang Matua dewa tertinggi/Tuhan yang kemudian diangkat menjadi raja di Tondok Lepongan Bulan atau Tana Matarik Allo. Sampai saat ini kepercayaan tersebut masih hidup dan dideklamasikan dalam pernikahan antara para bangsawan tana’ bulaan. Ciri-ciri Suku Toraja Ciri khas Suku Toraja dapat diamati dari cara hidup serta hasil budaya yang masih dapat diamati hingga saat ini. Salah satunya adalah kepercayaan desa-desa kecil otonom yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut sebelum abad ke-20, yang dinamakan Aluk Todolo. Meski kini mayoritas masyarakatnya sudah memeluk agama Kristen, namun ajaran Aluk Todolo masih tetap dijalankan. Selain itu, masyarakat Suku Toraja juga memiliki baju adat yaitu Baju Pokko yang digunakan untuk kaum wanita. Sementara bagi pria akan mengenakan pakaian Seppa Tallung yang akan dipakai bersama dengan sejumlah aksesoris, seperti Kandure, Ganyang, dan Lipa'. Saat memakai baju Seppa Tallung, biasanya orang tersebut juga akan memakai penutup kepala yang disebut Passapu. Selain itu, masyarakat Suku Toraja memiliki rumah adat yaitu Tongkonan yang berbentuk panggung. Rumah Tongkonan terbuat dari kayu dengan atap lengkung seperti perahu dan berhias tanduk kerbau. Shutterstock/Muslianshah Masrie Jasad Suku Toraja yang didandani. Masyarakat Suku Toraja juga dikenal dengan situs pemakaman kuno yang terletak di tebing batu yaitu Tampang Allo, Lemo, Suaya, Sirope, Landan, da Londa. Di tempat tersebut, peti-peti mati berukir diletakkan pada ceruk-ceruk tebing batu dan terdapat pula patung-patung kayu Tau tau milik para mendiang. Tradisi Suku Toraja Suku Toraja dikenal memiliki berbagai tradisi, beberapa di antaranya cukup khas dan terkenal akan keunikannya. Berikut adalah beberapa diantaranya. 1. Rambu Solo’ Salah satu tradisi khas dari Suku Toraja adalah Rambu Solo' atau dikenal dengan istilah Auk Rampe Matampu. Rambu Solo' adalah tradisi upacara pemakaman yang dilaksanakan masyarakat Toraja untuk menghormati dan mengantarkan arwah menuju kehidupan selanjutnya. Masyarakat Toraja menganggap orang yang sudah meninggal telah benar-benar meninggal jika seluruh kebutuhan prosesi upacara Rambu Solo terpenuhi. Jika upacara ini belum dilakukan, maka keluarga akan memperlakukannya layaknya orang sakit, sehingga harus disediakan makanan, minuman, dan dibaringkan di tempat tidur. Tradisi ini dilakukan melalui serangkaian ritual dan doa yang dilaksanakan dengan pertunjukan seni, penyembelihan babi atau kerbau, dan kemudian mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya. 2. Tradisi Ma’nene Tradisi Ma'nene adalah ritual untuk membersihkan dan mengganti pakaian dari mayat yang sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun. Ritual Ma'nene tidak hanya sekedar ritual untuk membersihkan dan memakaikan baju baru pada jasad para leluhur. Ritual ini adalah gambaran dari pentingnya hubungan antar anggota keluarga bahkan yang sudah meninggal, dan diyakini para leluhur juga akan memberikan timbal balik positif bagi keluarga yang masih hidup. Tradisi Ma'nene menjadi salah satu tradisi yang masih dipertahankan dan dipahami sebagai cara menghormati nenek moyang. 3. Sisemba’ Sisemba’ adalah permainan adu kaki yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dari hasil panen. Permainan ini dilaksanakan di lapangan terbuka dan dapat dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa. Ada tiga cara permainan tradisional Sisemba yaitu Sisemba Simanuk satu lawan satu, Sisemba Siduanan dua lawan dua, dan Sisemba Sikambanan kelompok lawan kelompok. Sumber Penulis Dini Daniswari, Kistin Septiyani, Gaby Bunga Saputra Editor Ni Nyoman Wira Widyanti, Wahyu Adityo Prodjo Buku Weni Rahayu. 2017. Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja. Jakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
nama orang toraja dan artinya